Demak-Menyimak pidato Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Tengah, Saeful Mujab saat Rakerwil DPW FKDT Jawa Tengah di Demak ada catatan penting yang sangat menarik. Pidato yang tersistem dan runtut dalam memberikan motivasi kepada seluruh peserta Rakerwil menjadikan mereka dengan khidmat dan seksama mendengarkan rangkaian kalimat yang dapat membangkitkan kesadaran kita bersama selaku guru Madin.
Salah satu yang penulis tangkap adalah kompetensi guru Madin terkait dengan fenomena dunia pelajar saat sekarang. Guru MDT yang bersinggungan secara langsung dengan ilmu agama tidak terbatas pada informasi pengetahuan agama Islam. Sebab menurut dia (KaKanwil Kemenag Jawa Tengah), kalau sekedar informasi Ilmu agama Islam bisa didapatkan melalui internet atau beberapa media online. Tentu hal ini terlepas apakah bisa menyaring terhadap pemahaman agama Islam yang moderat atau yang penting pengetahuan agama Islam.
Oleh karena itu kehadiran guru Madin yang mengajarkan ilmu agama Islam sangat diharapkan menyentuh pada tataran aplikasi, pendalaman dan penghayatan ilmu agama Islam. Sehingga santri Madrasah Diniyah tidak berhenti pada tataran teori pengetahuan agama namun merambah terhadap pemahaman, pengamalan dan rasa dalam beragama.Hal ini sangat penting mengingat generasi Z memiliki kecenderungan jauh dari nilai nilai agama yang didalamnya terdapat ajaran akhlakul karimah.
Pemahaman Islam yang terbatas pada area tekstual akan menjadi seorang muslim kering dari penghayatan dalam beragama. Sebaliknya pemahaman keagamaan yang liberal ( bebas ) akan berujung lepas dari substansi penghayatan dalam beragama. Disinilah semangat moderasi beragama menjadi amanat yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehadiran lembaga pendidikan MDT menjadi wahana untuk membangun semangat kebersamaan yang tidak terbatas pada teks agama namun juga melibatkan konteks sosio kultural . Lebih dari moralitas dan akhlakul karimah sangat dijunjung tinggi dalam pembelajaran di MDT.
Sebagai lembaga pendidikan berbasis agama Islam memiliki peran yang signifikan terhadap perkembangan generasi penerus bangsa. Perkembangan informasi dan teknologi yang tidak diimbangi nilai nilai akhlakul karimah menjadikan generasi lepas kontrol dari agama. Kehadiran MDT yang tidak sekedar menyajikan informasi agama menjadi katalisator untuk menjadikan generasi yang dapat mengimplementasikan ajaran agama yang santun dan ramah.
Lebih dari itu untuk mewujudkan hal tersebut kehadiran guru MDT yang menjadi figur sentral memiliki ketersambungan ruhani yang bisa mendorong santri MDT untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Tanpa spirit penghayatan dan ketersambungan ruhani, maka ilmu agama Islam akan mandeg pada tataran ilmu.
Apa yang disampaikan oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenag Jawa Tengah secara dengan apa yang pernah disampaikan oleh Kepala Kantor Kemenag Kab Brebes, ” guru kencing berdiri murid kencing berlari. Guru kencing berlari murid kencing di lemari.” Untuk komunitas pendidikan MDT nilai nilai agama nilai nilai akhlakul karimah masih terjaga dengan baik. Tidak pernah dan belum pernah kita dengar antara MDT terjadi tawuran atau tindakan kriminalitas yang lainnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan formal sering terjadi tindakan kriminalitas dan amoral.
Oleh karena itu MDT yang berfokus pada keilmuan agama harus bisa ekspansi kepada lembaga pendidikan formal. Tentu ekspansi layanan pendidikan MDT pada lembaga pendidikan formal agar bisa konsep dasar implementasi pendidikan yang meliputi, kognisi, afeksi dan psikomotorik. Dengan ketiga tersebut menjadi modal utama untuk merambah pada penghayatan dan hikmah dalam mengamalkan ajaran agama Islam.(AS).