Dialog Interaktif, Moci Bareng Karo Uwane “ Belajar Daring di Masa Pandemi Covid-19”
Brebes. Pendidikan di masa pandemi covid-19 yang telah berlangsung selama satu tahun setengah ini, menjadi keperihatinan dan perhatian bersama banyak pihak. Bukan hanya proses pembelajaran jarak jauh (online/daringnya) yang di nilai kurang efektif, tetapi proses pendidikan akhlak/karakter bagi para siswa yang seharusnya dijalankan para guru melalui instrumen pendidikan dan pengajaran tidak bisa dilaksanakan secara maksimal.
Hal ini mengemuka dalam Dialog Interaktif “Moci Bareng Karo Uwane” yang mengambil tema: Belajar Daring di Masa Pandemi Covid-19. Trend, Peluang, Hambatan dan Tantangan Pendidikan di Masa Covid-19. yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes berkolaborasi dengan Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik (Diskominfotik) Pemda Brebes yang disiarkan langsung oleh Singosari FM Brebes, Kamis (22/07/2021) dengan narasumber Drs.H.Fajarin, M.Pd., selaku Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes, Drs.H.Imam Ghozali, M.Pd.I ( Kasi Pendidikan Madrasah ), dan Drs. H. Kapardi, M, Pd. (Pengawas Madrasah Kantor Kementerian Agama Brebes). yang diikuti lebih 157 peserta baik melalui, youtube stream ataupun mendengarkan siaran langsung melalui radio Singosari FM Brebes.
Mengawali dialog tersebut, Pemandu acara dari Singosari FM Brebes langsung menohok ke Kementeriaa Agama dengan pembukaan “Semua sekolah belajar daring dari rumah, tetapi madrasah diniyah masih melaksanakan proses pembelajaran luring atau tatap muka langsung”.
Mendengar stateman tersebut, Fajarin mengungkapkan “Proses pendidikan formal yang ada di madrasah-madrasah di bawah naungan kementerian agama, sama seperti sekolah-sekolah yang menerapkan sekolah daring, sedangkan madrasah diniyah dan pondok pesantren yang semua operasional dan perangkat pembelajaran di dukung 100 % oleh masyarakat atau pemiliknya, kementerian agama tidak dapat memaksaan, tetapi sebatas himbauan agar ketentuan pembelajaran yang ada di madrasah diniyah dan pondok pesantren, dilaksanakan secara daring dan menerapkna prokes secara ketat, supaya penyebaran dan penularan covid-19 dapat di hentikan, hal ini disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.” ungkapnya.
Dalam sesi lanjutan, Imam Ghozali menjelaskan “ Pelaksanaan pembelajaran khususnya di madarasah baik itu tingkatan madrasah aliyah, madrasah tsanawiyah, madrasah ibtidaiyah dan roudhotul atfal, proses pembelajaranya dilaksanakan secara daring, memang pada beberapa kesempatan yang lalu. Madrasah yang melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka (PTM), kami dari Kementerian Agama Brebes, mengawasi secara ketat , melalui sidak apakah madrasah yang manjadi pilot project PTM benar-benar menjalakan prokes secara ketat dan tidak menimbulkan klaster baru bagai penyebaran dan penularan covid 19.”. jelasnya
Ketika di cecar dengan pertanyaan seberapa efektifkah pembelajaran daring, dan apa dampaknya bagi peserta didik, fajarin menjelaskan bahwa pembelajaran daring tingkat efektifnya sangat kurang, mengingat tidak semua siswa madrasah memiliki hp berbasis android dan ada beberapa wilayah di Kabupaten Brebes terutama di daerah pegunangan yang blank spot dari sinyal. Ini menjadi persoalan dan tatangan tersendiri bagi guru-guru yang bertugas diwilayah tersebut.
Imam Ghozali menambahkan madrasah-madarasah yang belum terjangkau oleh sinyal hp, maka diambil kebijakan agar guru yang menjemput bola kesalah satu rumah murid, dengan pembelajaran yang sangat terbatas. Baik dari segi jumlah siswa yang diajar maupun lamanya waktu pembelajaran, sedangkan Kapardi selaku pengawas madrasah menggambarkan “adanya fenomena yang cukup membanggakan bagai madrasah di Brebes, dengan proses apa–apa melalui daring ini, justru dimanfaatkan oleh siswa–siswa terbaik dan berprestasi untuk dapat ikut serta dalam olimpiade baik nasional, regional maupun internasional. Dengan kecanggihan teknologi informasi yang ada, peserta lomba tidak harus mendatangi tempat lomba dan bahkan dapat menekan biaya sehingga kegiatanya lebih efektif dan efisien”. Lugasnya.
“Alhamdulillah beberapa siswa dari MAN 2 Brebes, MA Alhikmah 2 Benda dan MTsN 2 Brebes ada yang dapat menyabet emas dalam mengikuti Olimpiade sains dan teknologi” tambahnya.
Dialog interaktif di tutup dengan pernyataan dari Fajarin, bahwa proses pembelajaran di madrasah di bawah naungan Kemeneterian Agama Brebes, pada prisipnya mengikuti kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. (hid)