Brebes – Nusantara sebelum agama Islam penduduknya sudah mengenal Tuhah, mereka menyebut dengan Sang Hyang Taya. Mereka menyadari ada kekuatan diluar kasat mata. Sehingga bagi mereka orang Jawa pesisir dengan profesi sebagai nelayan menyakini ada kekuatan yang menguasai laut. Itulah sebabnya muncul tradisi sedekah laut. Karena itu sedekah laut tidak serta merta dinyatakan perbuatan kufur atau musyrik, tetapi sedekah laut sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas kenikmatan yang bersumber dari laut. Papar Kasi PD Pontren Kemenag Brebes, Akrom Jangka Daosat, dalam acara Pembinaan Kepala Madin dan TPQ se Kec Wanasari di Madin Hidayatul Mubtadiin Klampok.
Lebih lanjut, penulis buku Meneguhkan Islam Indonesia menyampaikan bahwa Islam hadir di Indonesia dengan corak inklusif yang dibawa oleh para Wali Songo. Sehingga Islam bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Jawa dan bisa berkembang sampai sekarang.
Sebagai guru Madin harus mampu memberikan pemahaman kepada santri Madin tentang Islam yang ramah, Islam yang tidak serba membidahkan dan Islam yang mengajarkan kesantunan. Bukan Islam yang serba mengkafirkan, Islam radikal dan fundamental yang memahami teks Al Qur’an tidak melalui pendekatan ushul Fiqih.
Dihadapan Kepala Madin se Kec Wanasari dan pengurus FKDT, Kasi PD Pontren juga meminta agar anak anak diberikan pola pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga anak merasa betah dan nyaman selama di Madin. Wujudkan Madin menjadi lembaga pendidikan sebagai tempat yang menyenangkan, sehingga anak-anak mempunyai semangat ketika berangkat ke Madin.
Dalam acara Pembinaan yang diselenggarakan pada hari Senin 15 Nopember 2020 dihadiri oleh Ketua DPC FKDT Kab Brebes, Akhmad Sururi. Beliau menegaskan bahwa kurikulum yang diajarkan di Madin mencerminkan nilai Islam yang damai. Karena itu perintah Kasi PD Pontren, untuk mengajarkan Islam inklusif harus kita apresiasi dengan mengimplementasikan saat pembelajaran. Anak-anak di Madin adalah generasi mendatang yang perlu kita didik dengan pemahaman Islam rahmatan lil alamin.
Lebih lanjut , Ketua PC RMI Brebes menyampaikan, bahwa lulusan Madin sebaiknya melanjutkan ke Pesantren, karena ilmu yang dipelajari di Madin bisa bersambung dengan ilmu yang diajarkan oleh Pesantren. Acara Pembinaan yang diselenggarakan di Madin Hidayatul Mubtadiin Klampok sekaligus sebagai motivasi untuk Kepala Madin dan pengurus FKDT dalam mengelola lembaga pendidikan.imbuh Akhmad Sururi. (AS-Brebes)