Brebes, Peringatan Hari Santri Tahun 2019 oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes terasa hikmat dibalut kesederhanaan dalam keterbatasan ruang dan tempat, dilaksanakan pagi hari dihalaman kantor, Selasa 22/10/2019, diikuti oleh seluruh ASN Kantor Kementerian Agama, 5 (lima) Kantor KUA terdekat yaitu KUA Kecamatan Brebes, KUA Kecamata Wanasari, KUA Kecamatan Jatibarang, KUA Kecamatan Bulakamba dan KUA Kec. Songgom.
Dengan berpakaian ala santri, dimana ASN pria diwajiban mengunakan baju koko putih, bersarung dan kopiah hitam, serta ASN Wanita berpakaian muslimah berwarna putih, pada hari tersebut nuansa kantor terasa sangat berbeda dibanding hari-hari biasa, ketika dipagi hari bak di sebuah pesantren, ASN datang dan berlalu-lalang mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara Hari Santri Nasional Tahun 2019.
Tepat pukul 07.30 wib, upacara dimulai dengan terlebih dahulu gladi persiapan pelaksanaan upacara, setelah dirasa cukup dan petugas upacara hadir lengkap seperti petugas pemimpin barisan, pemimpin upacara, pembian upacara, pembaca UUD 1945, pembaca Ikrar Santri, Pembaca doa, Ajudan, MC dan Dirigen. Upacara segera dimulai.
Yang menjadi upacara ini penuh makna sekaligus tanda tanya bagi ASN Kementerian Agama Kabupaten Brebes, dimulai dari syahdunya permulaan upacara, hingga tiba pada saat pembacaan Ikrar santri yang diikuti oleh seluruh peserta, petugas membimbing ikrar dengan suara lantang penuh semangat dari ikrar pertama sampai ikrar empat dan dipengucapan ikrar kelima inilah petugas memimpin ikrar lebih bersemangat lagi, sehingga terdengar suara bergetar dan diakhir ikrar pekikan mengelegar yang membuat beberapa peserta kaget, tertegun dan tertahan persekian detik dan segera melanjutkan mengikuti mengucapkan Ikrar Santri Indonesia.
Mahrus, selaku Pembina upacara membacakan sambutan Menteri Agama Republik Indonesia, dimana pada peringatan Hari Santri Tahun 2019 mengambil tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia”. dalam amanatnya berpesan agar “ASN yang sudah mengikrarkan sebagai Santri NKRI senantiasa bekerja dengan penuh semangat, untuk mengisi kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pejuang pendahulu kita, yang sebagian besar adalah Ulama dan Santri, mereka yang tak kenal lelah, bersemangat, walaupun berpeluh air mata dan darah, guna memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekan Indonsia seantero pelosok negeri, yang salah satunya melalui resolusi jihad yang melahirkan peritiwa 10 November 1945 dikota Surabaya, menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk meneladani para pahlawan dan syuhada peristiwa 10 November, di masa sekarang ini kita senatiasa menumbuhkan kesadaran individu dan kolektif baik secara aktif atau pasif untuk mewujudkan perdamaian dunia, walaupun sekedar menyisipkan dalam doa-doa kita setelah shalat. (Tauhid/Kontributor)